Selasa, 21 Juni 2011

Super Junior Tembus Pentas Dunia


CHOI Si-won teringat bahwa pada hari hujan sekalipun, lokasi show di Paris itu hiruk-pikuk, dengan ribuan penggemar yang berteriak-teriak memadati jalan di luar sebuah gedung konser.
Mereka semua berharap melihat sekilas Choi, salah satu personil paling populer dari Super Junior, band cowok paling hot dari Korea Selatan saat ini, dalam perjalanan konser pertama grup tersebut di Eropa.
Walau "Korean Wave" telah melanda Asia, merebut hati fans dari Tokio hingga Kuala Lumpur dan kota-kota lainnya, demam Korea itu cuma punya dampak kecil di Eropa sejauh ini -- tapi keadaan tersebut akan berubah, papar Choi, 25, dalam sebuah wawancara dengan Reuters. "Perjalanan itu tak cuma konser di Eropa. Tur tersebut telah melewati perbatasan, yang memberi saya kepercayaan dan rasa bangga begitu besar," ungkap Choi setelah kembali ke Seoul.
Dia punya hak atas berbagai perasaannya.

Menembus
Konser band itu di Paris pada 10 dan 11 Juni lalu memikat 14.000 fans setiap malam dalam tur pertama di Eropa yang diselenggarakan oleh SM Entertainment, rumah produksi band utama Korea Selatan. Tiket terjual habis dalam waktu beberapa setelah penjualan dimulai.
Meskipun itu masih merupakan perubahan kecil dilihat dari standar para diva seperti Lady Gaga, Choi berkeyakinan bahwa Super Junior, yang 13 personil mudanya melakukan lagu-lagu dan tarian-tarian berkoreografi hebat, bisa menembus pentas global yang lebih besar.
"Kami tak punya banyak lagu gubahan orang-orang Eropa. Dan penampilan kami yang bergaya dan hebat memikat penonton," ujar Choi.
Dalam satu tanda soal popularitas luas band itu, lagu dance Mi In Ah atau "Orang Cantik," sebuah single dari albumnya yang keempat, masih bertahan dengan rekor 54 pekan di puncak tangga lagu Taiwan.

Dikecam
Kalau pop Korea yang dikenal sebagai "K-Pop," memproyeksikan suatu citra utuh kepada para penggemarnya, industri musik itu juga dikecam karena ciri tak baik termasuk kontroversi soal perlakuannya terhadap talenta muda semisal pengujian sangat berlebihan dan kecilnya bayaran sampai mereka membuktikan diri dan bisa sukses.

Choi, yang dipandu pada tahun pertamanya di SMU, punya pengalaman tersendiri tentang berbagai metode pelatihan keras yang digunakan industri itu untuk menciptakan bintang.
"Menari sepanjang malam dan kemudian mengikuti pelajaran vokal setelah itu memang berat dan tidak aneh -- tapi saya menikmatinya. Semua proses untuk memproduksi bintang-bintang memang sangat sistematis," paparnya.

Thanks to www.google.com
Harian Analisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar